Blog

  • Home
  • Posts
Kutukan Sang Putri-Cover DepanRekomendasi_001

Buku “Kutukan Sang Putri” karya seorang dosen Universitas Widyatama yang mengangkat kekayaan nilai-nilai dan budaya Parahyangan. Novel menyajikan sebuah perjalanan ke dalam Kerajaan Pajajaran, di mana kisah-kisah mistis, ramalan gaib, dan konflik batin menganyam sebuah narasi yang memukau dan penuh misteri.

Kehidupan masyarakat Pajajaran bersifat agraris dengan struktur sosial kemasyarakatan yang sangat dipengaruhi golongan bangsawan, serta kaum agamawan dan cendekiawan dengan sistem kepercayaan perpaduan Hindu-Buddha dan kepercayaaan asli Sunda. Ritual adat, penghormatan kepada leluhur dan upacara keagamaan menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari membentuk identitas masyarakat Sunda.

Mengambil atmosfer Kerajaan Pajajaran yang sedang dirundung suasana mencekam. Di balik kekuatan imajinasi yang dituangkan oleh penulis, novel “Kutukan Sang Putri” berhasil menghidupkan kembali era kejayaan dan keangkeran istana. Mengkisahkan sosok Prabu Munding Wangi yang tengah dibayangi kelelahan beban kekuasaan, serta kehadiran Ki Jaga Rasa – peramal istana – yang membawa nubuatan dari leluhur darah kerajaan membawa kutukan. Kehadiran tokoh Dewi Kadita sebagai simbol harapan sekaligus penentu nasib, menambah kekayaan emosi dan kompleksitas alur cerita yang sarat akan nilai-nilai tradisional dan mitologi.

Novel ini tidak hanya menjadi sebuah karya fiksi mitologi Pajajaran, tetapi juga sebuah usaha melestarikan warisan budaya Parahyangan, serta nilai-nilai keselarasan dengan alam. Sosok Kadita, putri Prabu Munding Wangi menjalani kisahnya tentang kutukan yang semula menjadi beban lalu berubah menjadi kekuatan untuk menjaga keseimbangan alam. Ritme ini tersaji – dari rangkaian kisah dalam bab: “Ramalan Di Balik Tirai”, “Di Bawah Bayang Bayang Kutukan”, “Kebenaran yang Tak Terhindarkan” , “Bayangan di Balik Tahta”, “Titik Balik Sang Putri”, “Gelombang Perlawanan dan Aliansi Tak Terduga”, “Badai di Batas Lautan”, “Kemenangan dan Penerimaan Diri”, hingga “Legenda yang Abadi” – yang mengajak pembaca menyelami lapisan-lapisan makna, menggali misteri masa lalu, dan menemukan kembali semangat keberanian serta keabadian tradisi yang telah diwariskan dari para leluhur.

Sosok Kadita yang dikutuk dan terperangkap oleh nasib, berubah menjadi sosok yang telah bertransformasi sebagai penjaga alam dan keseimbangan baru menjadi bagian dari narasi besar yang diwariskan kepada generasi berikutnya. Pesan purba yang senantiasa harus kita maknai dan sikapi adalah harmoni dengan ritme dan simfoni alam yang abadi. Harmoni tak kasat mata yang menghubungkan manusia dengan bumi dan kekuatan kosmis alam semesta yang terus bekerja tanpa henti. Luisa Maffi – Antropologis Itali Amerika, peneliti yang kepakarannya pada ilmu bahasa, antroplologi, dan etnobiologi – menjelaskan bahwa bumi perlu dipandang sebagai keterhubungan antara yang biologis, kultural dan linguistik.

Selamat membaca dan biarkan setiap kata membawa Anda menyusuri jejak mitos yang penuh makna dan keajaiban. (Lili Irahali)