
“Cinta dan Prinsip: Membesarkan Anak Generasi Alpha”, sebuah perjalanan penuh kejujuran dan inspirasi yang mengajak kita menemukan makna sebenarnya sebagai orangtua. Buku yang bukan hanya sekadar panduan, tetapi juga sebuah kisah pribadi yang mendalam, yang mencerminkan perjuangan dan kebahagiaan penulis Zaky dalam membesarkan anak-anaknya.
Ketika saya membaca buku ini, sebagai orang kakek – termasuk generasi Baby Boomers yang dalam konteks sosial memandang pendidikan dan karier adalah prioritas, juga dipengaruhi peralihan teknologi mesin ketik ke komputer awal. Tentu sangat jauh dapat memahami generasi Alpha yang melewati tiga generasi (generasi X, generasi Y, dan generasi Z) dengan konteks sosial dan pengaruh teknologi serta lebih banyak pengalaman digitalnya, dimana pengaruh teknologi smart home menjadi hal biasa.
Saya terkejut-kejut ketika berinteraksi dengan cucu saya – Alif – di usia 4 tahun begitu kaya kosa kata, dan berkomunikasinya “nyambung” dengan saya kakeknya. Memang setiap generasi dibentuk oleh kondisi sosial ekonomi dan teknologi pada masanya. Namun yang tidak boleh terlewatkan adalah pendidikan karakter, etika dan moral yang harus diajarkan dari rumah. Di sinilah peran orang tua – ibu, ayah, nenek, kakek, tante, paman, bahkan lingkungannya.
Penulis melalui prolog membuka jendela hatinya, menceritakan pengalaman pribadinya sebagai orang tua dan penyintas penyakit autoimun. Inspirasi menulis buku ini datang dari anak pertamanya, yang tidak hanya menjadi sumber ilham, tetapi juga guru sejati dalam proses pendidikan. Melalui kisah ini, pembaca akan merasa dekat dengan penulis, seolah-olah berada di sisi mereka dalam setiap langkah perjalanan keorangtuaan kita.
Buku ini membagi beberapa bab yang masing-masing membahas aspek penting dalam membesarkan anak. Kita akan memulai dengan mempertanyakan perintah menikah dan keharusan berikhtiar maksimal untuk memiliki keturunan. Kemudian, kita akan mengingatkan diri bahwa anak adalah amanah, bukan hadiah, dan bahwa semua anak terlahir suci dengan potensi yang perlu kita temukan dan kembangkan. Penulis juga menekankan pentingnya mencintai anak dengan tulus dan tanpa transaksi, serta membahas tanggung jawab orang tua dalam memberikan nama yang baik, merayakan kelahiran, dan mengajarkan tentang Tauhid serta akhlak mulia. Kita akan belajar untuk tidak membuat perbandingan antara anak-anak, karena setiap anak unik dan hidup di zaman yang berbeda.
Buku ini juga membahas tentang pendidikan karakter, yang harus didahului dengan contoh yang baik dari orang tua, bukan sebatas perintah. Kita akan mempelajari cara membuat rumah menjadi tempat yang nyaman dan dirindukan oleh anak, serta mengingatkan bahwa tak ada kata terlambat untuk berubah dan mendidik dengan benar.
Penulis dalam epilog memberikan ringkasan dan pesan yang mengingatkan kita bahwa tanggung jawab mendidik anak adalah tanggung jawab utama orang tua, bukan hanya lembaga pendidikan. Penulis berharap buku ini dapat memberikan tambahan ilmu dan inspirasi bagi para orang tua dan pendidik, serta menjadi teguran bagi mereka yang terlalu menitikberatkan tanggung jawab mendidik anak kepada guru dan sekolah.
Selamat membaca dan semoga kita menemukan kebijaksanaan dan kekuatan dalam membesarkan anak-anak kita. (Lili Irahali)