Rp150.000

Kutukan Sang Putri

Compare

Novel ini menyajikan sebuah perjalanan mendalam ke dalam atmosfer Kerajaan Pajajaran, di mana kisah-kisah mistis, ramalan gaib, dan konflik batin menganyam sebuah narasi yang memukau dan penuh misteri.

Kehidupan masyarakat Pajajaran bersifat agraris dengan struktur sosial kemasyarakatan yang sangat dipengaruhi golongan bangsawan, serta  kaum agamawan dan cendekiawan dengan sistem kepercayaan perpaduan Hindu-Buddha dan kepercayaaan asli Sunda. Ritual adat, penghormatan kepada leluhur dan upacara keagamaan menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari membentuk identitas masyarakat Sunda.

Penulis mengambil setting dan atmosfer Kerajaan Pajajaran yang sedang dirundung suasana mencekam. Prabu Munding Wangi tampak lelah dan terbebani tanggungjawab kerajaan. Itulah suasana yang mengawali novel ini.  Di balik keindahan bahasa dan kekuatan imajinasi yang dituangkan oleh penulis, “Kutukan Sang Putri” berhasil menghidupkan kembali era kejayaan dan keangkeran istana. Melalui sosok Prabu Munding Wangi yang tengah dibayangi kelelahan beban kekuasaan, serta kehadiran Ki Jaga Rasa yang membawa nubuatan dari leluhur, pembaca dihadapkan pada dilema dan  pertarungan antara takdir dan kepercayaan. Kehadiran tokoh Dewi Kadita sebagai simbol harapan sekaligus penentu nasib, menambah kekayaan emosi dan kompleksitas alur cerita yang sarat akan nilai-nilai tradisional dan sejarah.

Novel ini tidak hanya menjadi sepotong karya fiksi mitologi, tetapi juga sebuah usaha melestarikan warisan budaya Parahyangan, serta nilai-nilai keselarasan dengan alam. Sosok Kadita, putri Parabu Munding Wangi menjalani kisahnya tentang kutukan yang semula menjadi beban lalu berubah menjadi kekuatan untuk menjaga keseimbangan alam. Ritme ini tersaji – dari rangkaian kisah “Ramalan Di Balik Tirai”, “Di Bawah Bayang Bayang Kutukan”,  “Kebenaran yang Tak Terhindarkan” , “Bayangan di Balik Tahta”,  “Titik Balik Sang Putri”, “Gelombang Perlawanan dan Aliansi Tak Terduga”,  “Badai di Batas Lautan”,  “Kemenangan dan Penerimaan Diri”,  hingga “Legenda yang Abadi” – mengajak pembaca menyelami lapisan-lapisan makna, menggali misteri masa lalu, dan menemukan kembali semangat keberanian serta keabadian tradisi yang telah diwariskan dari nenek moyang.

Sosok yang telah bertransformasi tidak lagi menjadi Kadita yang dikutuk dan terperangkap oleh nasib, tetapi sosok yang telah bertransformasi menjadi penjaga alam dan keseimbangan baru. Setiap keputusan yang ia ambil  mulai malam ini menjadi akan menjadi bagian dari narasi besar yang akan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Pesan purba yang senantiasa harus kita maknai dan sikapi adalah sinkron dengan ritme alam yang abadi, harmoni dengan simfoni alam – harmoni tak kasat mata yang menghubungkan manusia dengan bumi dan kekuatan kosmis alam semesta yang terus bekerja tanpa henti.

 

Pengarang : Murnawan

Ukuran Buku A5; uk. 5.83 x 8.27

Tebal 268 halaman

Buku bisa di dapat di : UTama Press, Tokopedia, dan Shoope

Select at least 2 products
to compare